Profil kompetensi Guru Penggerak yang ingin dicapai dari modul 2.1 ini adalah CGP dapat:
- Mengimplementasikan
pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa
yang berbeda.
- Menjadi
teladan dalam melakukan praktek-praktek reflektif dalam pembelajaran bagi
komunitas pendidik di lingkungan sekitarnya.
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak yang mampu:
- mendemonstrasikan
pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi
dan alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan;
- melakukan
pemetaan kebutuhan belajar murid yang berbeda;
- menganalisis
penerapan 3 strategi diferensiasi (yaitu: diferensiasi konten, proses, dan
produk);
- mengimplementasikan
Rencana Pembelajaran berdiferensiasi dalam konteks pembelajaran di sekolah
atau kelas mereka sendiri;
- menunjukkan
sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil risiko
dalam menerapkan berbagai ide strategi pembelajaran berdiferensiasi.
MATERI 2.1.a.3
Glosarium
- Daring adalah
akronim (singkatan) dari dua kata: “dalam” dan “jaringan”. Dalam Bahasa
Inggris, berarti “online”.
- Diagram Frayer adalah Grafik
visual yang dikembangkan oleh Dorothy Frayer untuk membantu murid dalam
mendefinisikan konsep atau kosakata. Diagram ini dibagi menjadi empat
bagian: definisi, karakteristik, contoh dan bukan contoh.
- Diferensiasi
Konten adalah Diferensiasi
konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format
penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan
keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum.
- Diferensiasi Produk adalah Merujuk
pada strategi memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan,
penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.
- Diferensiasi Proses adalah Merujuk
pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat
memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content)
materi.
- Kesiapan Belajar (Readiness) adalah Kapasitas atau
kesiapan murid untuk mempelajari materi baru. Kesiapan ini terkait dengan
berbagai hal, diantaranya: pengetahuan, konsep dan keterampilan awal yang
saat ini dikuasai oleh murid; miskonsepsi; tingkat perkembangan kognitif,
afektif dan fisik; keterampilan berpikir, dan sebagainya.
- Lingkungan Belajar adalah Lingkungan
yang berada di sekitar seseorang dan yang mempengaruhi proses belajar
mengajar.
- Minat
adalah Suatu keadaan mental yang menghasilkan respons
terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan
memberikan kepuasan kepadanya.
- Peer
Teaching adalah Metode
pembelajaran tutor sebaya yang merupakan strategi pembelajaran kooperatif
dimana rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara orang-orang
yang bekerja bersama.
- Pembelajaran berdiferensiasi adalah
usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar individu.
- Profil Belajar adalah Merupakan
pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya
berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan
lain-lain.
- Scaffolding adalah Suatu
teknik pembelajaran di mana murid diberikan sejumlah bantuan, kemudian
perlahan-lahan diadakan pengurangan terhadap bantuan tersebut hingga pada
akhirnya, murid dapat menunjukkan kemandirian yang lebih besar dalam
proses pembelajaran.
Video Memahami keberagaman murid pada metafora sekolah rimba dapat
ditonton di bawah ini.
Materi 2.1.a.4
Ingatlah satu persatu murid di kelas Anda. Bagaimanakah karakteristik
setiap anak di kelas Anda? Tahukah Anda apa kekuatan mereka? Bagaimana gaya
belajar mereka? Apa minat mereka? Siapakah yang memiliki keterampilan
menghitung paling baik di kelas Anda? Siapakah yang sebaliknya? Siapakah yang
paling menyukai kegiatan kelompok? Siapakah yang justru selalu menghindar saat
bekerja kelompok? Siapakah yang level membacanya paling tinggi? Siapakah murid
yang masih perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan
mereka? Siapakah yang paling senang menulis? Siapakah yang lebih senang
berbicara?
Setiap harinya, tanpa
disadari, guru dihadapkan oleh keberagaman yang banyak sekali bentuknya. Mereka
secara terus menerus menghadapi tantangan yang beragam dan kerap kali harus
melakukan dan memutuskan banyak hal dalam satu waktu. Keterampilan ini banyak
yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya hal ini terjadi di
kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Berbagai usaha mereka
lakukan yang tentu saja tujuannya adalah untuk memastikan setiap murid di kelas
mereka sukses dalam proses pembelajarannya.
Kasus 1
Bu Nur adalah guru kelas 3
SD dengan jumlah murid sebanyak 32 murid. Di antara 32 murid di kelasnya
tersebut, Bu Nur memperhatikan bahwa 3 murid selalu selesai lebih dahulu saat
diberikan tugas menyelesaikan soal-soal perkalian. Karena dia tidak ingin
ketiga anak ini tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu murid lainnya,
akhirnya ia berinisiatif untuk menyiapkan lembar kerja tambahan untuk 3 anak
tersebut. Jadi jika anak-anak lain mengerjakan 15 soal perkalian, maka untuk 3
anak tersebut, Bu Nur menyiapkan 25 soal perkalian.
Menurut Anda, apakah strategi yang dilakukan sudah tepat?
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense)
yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
- Bagaimana mereka
menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk
belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang
tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan
selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
- Kurikulum
yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi
bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga
muridnya.
- Penilaian berkelanjutan.
Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses
penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana
yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu
mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
- Bagaimana guru
menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana
ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar
murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda,
cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
- Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungki
- n melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap
dapat berjalan secara efektif.
Jika kita
mengacu ke kasus Ibu Nur diatas, maka keputusannya untuk memberikan soal
tambahan, dengan jenis soal yang tetap sama serta tingkat kesulitan yang juga
sama, kepada tiga murid yang selesai terlebih dahulu, belum dapat dikatakan
sebagai diferensiasi. Apalagi, tujuan diberikannya soal tadi adalah agar tiga
murid tersebut ada ‘pekerjaan’ sehingga tidak mengganggu murid yang
lain. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan
kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.
Dengan demikian, Ibu Nur perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan
lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan
belajar murid-muridnya, termasuk ketiga murid tersebut.
Tomlinson (2001)
dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in
Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat
mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3
aspek.
Ketiga aspek tersebut
adalah:
- Kesiapan belajar (readiness) murid
- Minat murid
- Profil belajar murid
Sebagai guru,
kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika
tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka
miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu
keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai
(profil belajar).
1. KESIAPAN BELAJAR (READINESS)
Apa
yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “Kesiapan Belajar”?
Bayangkanlah situasi berikut ini:
Dalam pelajaran
bahasa Indonesia, Bu Nur ingin mengajarkan muridnya membuat karangan berbentuk
narasi. Ia kemudian melakukan penilaian diagnostik. Ia menemukan bahwa ada tiga
kelompok murid di kelasnya.
- Kelompok A adalah
murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar
dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan
percaya diri dalam bekerja.
- Kelompok B adalah
murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar, namun
kosakatanya masih terbatas.
- Kelompok C adalah
murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar
dan kosakatanya pun terbatas
Apa yang
dilakukan oleh Bu Nur di atas adalah memetakan kebutuhan belajar
berdasarkan kesiapan belajar.
Kesiapan Belajar
Kesiapan
belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah
tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar
dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan
dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar.
Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip
dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk
mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol
equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan
tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk
mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat
di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa
perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan
murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh
perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer
yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).
A. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif
Saat sebagian
murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, atau jika ide itu bukan di salah
satu bidang yang dikuasai oleh murid, mereka sering membutuhkan informasi
pendukung yang lebih jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk memahami
ide tersebut. Mereka akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide secara
langsung. Jika murid berada dalam tingkatan ini, maka bahan-bahan materi yang
mereka gunakan dan tugas-tugas yang mereka lakukan harus bersifat mendasar dan
disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang
kuat. Di lain waktu, ketika murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka
pahami atau berada di area yang menjadi kekuatan mereka, maka dibutuhkan
informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana
ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru.
Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat
transformatif.
B. Konkret -
Abstrak
Di lain
kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat
apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap
bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.
C. Sederhana
- Kompleks
Beberapa
murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi
pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi.
D.
Terstruktur - Open Ended
Kadang-kadang
murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di
mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di
waktu lain, murid siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
E. Tergantung
(dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada
akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir dan
menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin
seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata
lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal
daripada yang lain.
F. Lambat -
Cepat
Beberapa
murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu
bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang.
Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak
waktu daripada yang lain untuk mempelajari sebuah topik.
The Equalizer (Tomlinson)
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah
tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang
apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai
dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun
tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan
belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran,
sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas,
Simonette & Ramsook, 2013).
2. Minat Murid
Kita tahu bahwa
seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Ada murid
yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama,
memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid
untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.Tomlinson (2001)
menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran
memiliki tujuan diantaranya:
- Membantu murid menyadari
bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk
belajar;
- Menunjukkan keterhubungan
antara semua pembelajaran;
- Menggunakan keterampilan
atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari
ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;
- Meningkatkan
motivasi murid untuk belajar.
Sepanjang tahun,
murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan
untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid
pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap
tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.
Beberapa ide
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat diantaranya
misalnya:
- Meminta murid untuk
memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis
lagu, melakukan pertunjukan atau menari.
- Menggunakan teknik
Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
- Menggunakan strategi
investigasi kelompok berdasarkan minat.
- Membuat kegiatan
“sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah
keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh
memilih profesi yang sesuai minat mereka.
- Membuat model.
3. PROFIL BELAJAR MURID
Profil belajar
murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan
keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya
belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid
ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi
oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin,
dll.
Tujuan dari pemetaan
kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan
kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun
demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung
memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita
sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar
sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat
memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat
bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil. Menurut Tomlinson (2001),
ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini
adalah beberapa yang harus diperhatikan:
- Lingkungan: suhu,
tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
- Pengaruh Budaya:
santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
- Visual: belajar dengan
melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).
- Auditori: belajar
dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
- Kinestetik: belajar
sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands
on, dsb).
Berdasarkan
pemaparan mengenai ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar murid,
maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan
tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid.
0 comments:
Post a Comment